logo

Jam Gadang Bukittinggi: Daya Tarik, Aktivitas Wisata & Sejarah

Mendy - Saturday, 11 May 2024 | 09:53 WIB Kirim Reviewmu
Post Image
Jam Gadang Bukittinggi: Daya Tarik, Aktivitas Wisata & Sejarah
Seperti juga Big Ben di London, Jam Gadang di Bukittinggi ini juga memiliki sejarah yang panjang. Fakta unik yang menarik untuk dipelajari, simak di sini.
Contents [ Buka ]

Kerap disebut sebagai kembaran Big Ben, ikon kota London di Inggris, Jam Gadang memang memberikan tampilan yang serupa. Keduanya sama-sama memiliki empat buah jam yang menghadap keempat penjuru juga berada di lokasi strategis di tengah kota di atas menara tinggi yang bisa dilihat dari jauh.

Seperti Big Ben, jam besar di Bukittinggi ini juga memiliki sejarah yang panjang. Baik dari jam dan menara itu sendiri, hingga peristiwa bersejarah yang terjadi di sekitarnya. Semuanya amat menarik untuk diulas agar semuanya memahami perjalanan panjang dan keunikannya juga.

Fakta Unik Jam Besar dan Menaranya

Kata gadang dalam bahasa Minangkabau berarti “besar.” Jam yang besar ini merupakan pemberian dari Ratu Belanda pada tahun 1926. Pemberian tersebut diserahkan kepada Hendrik Roelof Rookmaker yang kala itu menjabat sebagai sekretaris Kota Bukittinggi di masa pemerintahan Hindia Belanda.

1. Jam Hadiah


Jam tersebut digerakkan dengan mesin yang didatangkan langsung dari Rotterdam. Mesin khusus ini hanya dibuat dua buah, satu untuk jam besar di Bukittinggi dan satunya lagi untuk Big Ben di London. Kedua mesin ini masih terus berfungsi hingga sekarang.

Jamnya sendiri berdiameter 80 cm dengan nama pembuat jam tersebut juga tertera di sana. Pembuat jam tersebut adalah Vortmann Recklinghausen. Ini merupakan gabungan dari nama Benhard Vortmann sebagai pembuat jamnya dengan kota Recklinghausen di Jerman yang memproduksinya tahun 1892. 

2. Pembuatan Menara

Setelah diberikan kepada Rookmaker, beliau berinisiatif untuk membuat menara untuk jam tersebut. Arsitek yang mendesainnya adalah Yazid Rajo Mangkuto dan pelaksana pembangunannya adalah Haji Moran dan mandornya yang bernama St. Gigi Ameh.

Pembangunannya memakan waktu dua tahun hingga tahun 1927. Biaya yang dihabiskan adalah 3.000 Gulden atau sekitar Rp24 juta. Biaya yang amat besar di tahun 1926. Tinggi menaranya adalah 26 meter. Kisah unik adalah mengenai desain atap.

Saat pertama di bangun, atapnya berbentuk bulat yang ditambahkan patung ayam jantan yang menghadap timur sebagai hiasan.

3. Tiga Kali Ganti Atap

Bentuk tersebut merupakan perlambang agar orang Kutai, Banuhampu Sungai Puar bisa bangun pada pagi hari saat ayam jantan berkokok. Namun, atap ini kemudian diubah saat zaman penjajahan Jepang.

Atap menara kemudian dibuat mirip atap Kuil Shinto di Jepang. Terakhir atap tersebut diubah lagi pada saat Indonesia merdeka di tahun 1963. Bentuknya mengikuti bentuk atap rumah adat Minangkabau (gonjong).

Lokasi Jam Gadang Bukittinggi

Menara jam besar ini berada di Jl. Raya Bukittinggi – Payakumbuh, Benteng Pasar Ateh, Kota Bukittinggi. Dari Bandara Internasional Minangkabau jaraknya 72 km dan dapat ditempuh dalam dua jam perjalanan dengan kendaraan bermotor.

Jika menggunakan taksi kapasitas 4-5 orang, biayanya sekitar Rp250.000. Alternatif lainnya adalah menggunakan travel dengan biaya sekitar Rp35.000 per orang.

Karena berada di tengah kota dan dikelilingi taman kota, mengunjungi tempat ini tidak dikenakan tiket masuk. Tempat ini terbuka untuk siapa saja dan tidak ada batasan waktu berkunjung. Namun, orang senang datang saat masih pagi karena tidak terlalu ramai.

Harga Tiket Masuk Jam Gadang Bukittinggi

  • Harga Tiket Masuk: Rp 0 (Gratis)

Biaya masuk ke destinasi wisata ini dapat berubah sewaktu-waktu. (Update Mei, 2024)

Jam Operasional Jam Gadang Bukittinggi

  • Buka setiap hari 24 jam

Daya Tarik

Jam besar dan menaranya ini berada di tengah kota Bukittinggi dan dikelilingi taman yang indah dan terbuka. Jadi saat berkunjung ke sini, semua orang bisa melihatnya dengan jelas. Menara ini dikelilingi pagar pendek agar orang tidak masuk terlalu dekat dengan menaranya.

Tapi di sekelilingnya terdapat taman yang luas dan tertata baik. Taman ini dinamakan Taman Sabai Nan Aluih. Desain taman ini memang desain taman Eropa yang indah. Lengkap dengan air mancurnya. Orang bisa duduk santai di sana sambil menikmati pemandangan pusat kota yang sibuk dan ramai.

Tempat ini menjadi tempat berkumpul masyarakat. Saat mulai gelap, lampu-lampu di sekitar menara dan juga sekeliling taman akan menyala. Suasananya jadi berubah indah, sepertinya taman sekeliling jam besar ini tidak pernah benar-benar sepi, bahkan saat malam hari.

Aktivitas yang Menarik Dilakukan

Meski begitu, daya tarik dan aktivitas lain yang bisa dilakukan justru dari lingkungan sekitar lokasi jam besar di menara ini. Pasalnya, ada beberapa tempat yang berdekatan dengan lokasi Jam Gadang ini yang juga layak untuk dikunjungi. Berikut ini adalah bahasannya:

1. Taman Sabai Nan Aluih dan Air Mancur Menari

Taman ini adalah tempat di mana jam besar dan menaranya ini berdiri. Taman bergaya Eropa ini memiliki air mancur dan tanaman yang asri dan tertata rapi. Juga dilengkapi oleh berbagai jenis lampu yang saat malam hari akan membuat suasana di sekitar taman ini jadi berbeda.

Saat malam hari, air mancur di taman ini bisa menari. Penampilannya menjadi indah dengan bantuan banyak lampu yang juga mengikuti irama. Hal ini memang menjadi tontonan yang menyenangkan bagi mereka yang ada di sana.

2. Belanja Oleh-Oleh di Pasar Ateh

Pasar atas (atas = Ateh, bahasa Minangkabau) ini lokasinya dekat dengan jam besar. Di pasar ini dijual beraneka jenis oleh-oleh khas Minangkabau, seperti kain Songket hingga gantungan kunci. Harganya bervariasi karena tampilannya juga amat beragam.

3. Museum Bersejarah

Tidak jauh dari lokasi Jam Gadang dan Taman Sabai Nan Aluih ada beberapa museum bersejarah yang layak dikunjungi, seperti Istana Bung Hatta dan juga Taman Monumen Bung Hatta. Ini bisa menjadi wisata edukasi yang bagus.

4. Wisata Kuliner

Berkunjung ke Bukittinggi jangan sampai lupa menikmati berbagai makanan khas yang ada di daerah ini. Misalnya Nasi Kapau, Gulai Itiak, Lamang Tapai, dan Teh Talua. Menu wajib ini tersedia dari warung kaki lima hingga di restoran. Tinggal pilih mau makan di mana. 

Sejarah

Salah satu peristiwa bersejarah yang paling membekas adalah pengibaran bendera Merah Putih untuk pertama kalinya di puncak jam besar pada tahun 1953 saat berita tentang kemerdekaan RI sampai ke Bukittinggi. Orang yang mengibarkannya adalah Mara Karma, didukung oleh banyak pemuda lainnya.

Peristiwa berikutnya adalah pertempuran berdarah antara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI) melawan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Saat itu APRI menembak 187 orang di depan menara jam besar. Sayangnya, hanya 17 orang yang ternyata PRRI, sisanya adalah rakyat sipil .

Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1958. Mayat sebanyak itu kemudian diletakkan di halaman Jam Gadang. Sebuah peristiwa yang menyedihkan.

Pernah Beberapa Kali Ditutup

Meski berada di ruang terbuka ternyata jam besar ini pernah dua kali tutup. Pertama kalinya jam besar tutup adalah pada saat malam Tahun Baru 2008-2009. Jam besar ditutupi dengan kain marawa. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah pengunjung di taman sekitar jam.

Maksudnya agar tidak terjadi kerumunan yang terlalu padat sehingga berpotensi terjadinya korban jiwa dan tindak kejahatan. Peristiwa kedua terjadi pada malam Tahun Baru di tahun 2021. Alasannya juga persis sama, namun tujuan utamanya adalah untuk menghindari penyebaran virus Corona.

Sebenarnya selain dua peristiwa tersebut, pada tahun 2018 jam besar dan menaranya ini juga pernah ditutup untuk umum. Tapi hal ini dilakukan karena pemerintah mengadakan revitalisasi kawasan ini. Biayanya hingga Rp18 miliar saat itu.

Informasi mengenai Jam Gadang yang menjadi ikon kota Bukittinggi tentu Anda butuhkan saat ingin mengunjunginya. Melihat sejarah panjang yang dilaluinya, monumen bersejarah ini memang harus dilestarikan sambil tetap menikmati keindahannya serta lingkungan sekitarnya yang juga unik.

Editor: Mendy

Artikel Terkait