Pernahkah kamu mendengar kisah tentang Danau Tiberias? Pada dasarnya, danau ini memiliki sejarah yang cukup panjang bagi tiga agama sekaligus. Berbagai pemberitaan tentang danau ini semakin ramai ketika kondisinya dilanda kekeringan. Terlebih misterinya yang terus dibahas dari tahun ke tahun.
Lokasi Danau Tiberias
Saat ini, danau ini dikuasai oleh Israel. Namun, sebenarnya lokasi tepatnya berada di antara wilayah Palestina dan Suriah. Danau ini berada di bawah dataran tinggi Suriah, Golan, dan Galelia di Palestina. Letaknya sekitar 213 meter di bawah permukaan laut sehingga disebut-sebut sebagai danau air tawar terendah di dunia.
Sejarah Danau Tiberias
Danau yang memiliki sebutan Sungai Galilea ini memang bersejarah bagi agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Bagi masing-masing agama, danau ini memang memiliki kisahnya tersendiri. Menariknya, kepercayaan mengenai kisah danau ini tidak hanya diyakini satu agama saja. Bahkan tolak ukur atau pertanda kiamat melibatkan keberadaan danau ini.
1. Danau Tiberias Bagi Yahudi dan Kristen
Bagi kedua umat tersebut, danau ini diyakini sebagai tempat Yesus menunjukkan salah satu mukjizatnya. Mukjizat tersebut adalah ketika beralan di atas air dan bisa menjaring banyak ikan air tawar.
Masih di sekitar danau, diyakini pula Yesus menunjukkan mukjizat lain, yaitu memberikan makan bagi 5.000 orang. Umat Yahudi dan Kristen juga meyakini bahwa di kota nelayan ini merupakan salah satu tempat tinggal Yesus.
2. Danau Tiberias Bagi Umat Islam
Bagi agama Islam, danau ini diyakini sebagai pertanda munculnya Dajjal. Hal tersebut merupakan salah satu tanda datangnya hari kiamat. Hal ini juga beriringan dengan mengeringnya pohon kurma di daerah Baisan. Begitu pula dengan mata air Zughar yang letaknya tidak jauh dari danau air tawar ini.
Hal ini sesuai dengan yang diberitakan oleh Nabi Muhammad bahwa kemunculan Dajjal salah satunya ditandai permukaan air Danau Tiberias yang menurun. Air dalam danau tersebut mengering karena sudah diminum habis oleh Yajuj dan Majuj.
Peristiwa Mengeringnya Danau Tiberias
Danau ini memiliki panjang sebesar 20 km dan lebarnya 12 km. Danau Tiberias juga memiliki bentuk unik dan tidak seperti danau pada umumnya. Jika dilihat dari atas, danau ini bentuknya menyerupai alat musik lira atau dalam bahasa Yunani disebut kinor.
Alat musik tersebut merupakan dawai yang biasa dimainkan di masa Yunani Kuno. Hal tersebut mungkin menjadi alasan danau ini memiliki sebutan lain, yaitu Kinneret. Danau ini memiliki luas permukaan menjapai 166 kilometer persegi. Tak heran jika Danau Tiberias juga merupakan danau air tawar yang terluas di Israel. Bahkan airnya menjadi salah satu cadangan air bersih terbesar.
Di bagian tepi danau terdapat banyak penginapan berupa resort dan pemukiman penduduk. Terdapat penginapan khusus untuk militer Israel karena letaknya yang tidak jauh dari perbatasan. Bisa dibilang, letak danau ini memang cukup strategis. Danau ini menjadi sumber mata air sekaligus kawasan elite dengan berbagai hiburan.
Di sisi lain, danau yang berada di dataran tinggi Golan ini memang mengalami kondisi krisi. Air di dalamnya pernah mengering dan semakin kering. Di tahun 2008 lalu, danau ini masih bisa menyediakan cadangan air sebanyak 400 juta meter kubik per tahun. Namun sepuluh tahun kemudian,cadangan airnya turun drastis menjadi 30 juta meter kubik saja karena kekeringan.
Sementara itu, air di danau ini kembali mengalami kekeringan di tahun 2017. Bahkan sudah mencapai angkai 212 meter di bawah permukaan laut dan terlihat mengerikan. Hal ini karena angka tersebut hanya sedikit di atas nilai membahayakan, yaitu 213 di bawah permukaan laut.
Di tahun berikutnya, yaitu 2018, danau ini juga terus menyusut signifikan menjadi satu sentimeter per hari. Jadi, kamu bisa membayangkan kondisi danau ini terus mengering dari tahun ke tahun.
Penyebab Mengeringnya Danau Tiberias
Banyak ilmuwan yang terus mencari tahu mengapa danau ini terus mengering. Salah satu spekulasi yang diungkap adalah karena kondisi kekeringan yang berkepanjangan. Kekeringan parah sempat terjadi sehingga membuat danau mencapai titik terendah di atas permukaan laut. Bahkan angkanya merupakan yang terendah dalam seratus tahun terakhir.
Hal ini dipercaya terjadi karena perubahan iklim global. Namun kemudian pernyataan tersebut dibandtah oleh Michael L. Wine dan Ben-Gurion University. Mereka menyatakan penyebab kekeringan danau ini adalah karena pertumbuhan populasi yang semakin padat. Selain itu, pengelolaan sumber daya air yang tidak tepat juga menjadi penyebab utama lainnya.
Disebutkan bahwa distribusi dan alokasi sumber air di danau ini memang bermasalah. Terjadi proses penyerapan air ke dalam tanah sehingga menyebabkan pencemaran langsung. Hal ini karena penggunaan air tanah yang konsumtif dari industri, pertanian, kehutanan, dan rumah tangga. Tak heran jika sumber daya air ini jadi tidak terbarukan.
Pemerintah Israel sendiri saat ini sudah membangun fasilitas desalinisasi yang disebut lebih baik. Hal ini dilakukan untuk mengamankan pasokan air sebagai cadangan. Mengingat Danau Tiberias ini merupakan sumber mata air penting bagi banyak wilayah di sekitarnya. Sebenarnya tindakan desalinasi ini tidak mengatasi semua masalah kekeringan tersebut.
Padahal di lahan tandus Israel, keberadaan sumber air tentu sangat penting. Tak heran jika peristiwa kekeringan ini memberikan pembelajaran penting bagi pemanfaatan sumber daya air di berbagai belahan dunia.
Terlepas dari sejarah dan kisahnya, kekeringan danau ini memang memberikan banyak efek negatif bagi warga sekitar. Banyak yang sulit mengakses dan mendapatkan air bersih karena bencana kekeringan ini.