Jika dilihat dari asal katanya Etnobotani dibedakan menjadi dua suku kata, yaitu “etno” yang berarti etnik atau etnis atau bisa disebut dengan suku bangsa dan “botani” yang berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti rerumputan. Dengan kata lain “botani” disini berarti ilmu yang mempelajari mengenai tumbuh-tumbuhan. Jadi disini dapat disimpulkan bahwa etnobotani itu sendiri berati cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antara suku-suku asli dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang terdapat di lingkungan sekitar mereka dan mempelajari bagaimana cara mereka memanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Istilah Etnobotani ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1895 oleh seorang antropologi berkebangsaan Amerika bernama William Harsberger.
Sejarah Museum Etnobotani
Museum ini berdiri pada tahun 1982 dan diresmikan oleh Bapak BJ Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi atau Menristek. Ide pendirian ini dicetuskan pada 20 tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1962 oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, yang saat itu menjabat menjadi Ketua LIPI. Museum ini akhirnya dapat terealisasikan tepat 20 tahun, yaitu pada tahun 1982.
Dahulu Museum Etnobotani ini bernama Herbarium Bogoriense yang merupakan sebuah pusat penelitian tentang tanaman lainnya yang dibentuk oleh pengelola Lands Platentuin atau cikal bakal Kebun Raya Bogor dan ini terjadi pada tahun 1834. Kemudian, Hebarium Bogoriense ini dipindah lokasi ke Cibinong tujuannya agar dapat menampung lebih banyak specimen dan Hebarium ini menjadi yang terbesar ketiga di dunia. Karena itulah pada halaman depan gedung ini terdapat dua tulisan yaitu, Hebarium Bogoriense dan Museum Etnobotani.
Tentang Museum Etnobotani
Bagi para pengunjung yang mendatangi lokasi ini akan dimanjakan dengan keindahan relief yang ada di permukaan dinding pintu masuk Museum Etnobotani ini. Relief yang menjadi daya tarik dan benda seni indah ini menggambarkan berbagai kegiatan baik pria dan wanita di pedesaan yang ada di tanah air ini. Berbagai jenis rupa hasil perkebunan dan sawah juga dilukiskan dengan elok di relief ini.
Lokasi wisata edukasi ini dikabarkan menyimpan hampir sekitar 2000 artefak yang berasal dari berbagai jenis daerah serta kepulauan yang ada di Indonesia. Koleksi yang ada di museum ini meliputi barang-barang keperluan rumah tangga, mainan anak-anak, pakaian tradisional, alat-alat pertanian dan perikan, alat musik, dan barang-barang lainnya yang kesemuanya dibuat dari berbagai bagian tanaman lokal. Di museum ini juga menyimpan koleksi berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang dipergunakan sebagai ramuan jamu tradisional. Terdapat berbagai tumbuhan jamu seperti kencur, kunir asem, jahe, beras, biji kedawung, lempuyang, temulawak dan masih banyak jenis tanaman obat lainnya yang disimpan di museum ini. Tumbuh-tumbuhan jamu tersebut disimpan di rak khusus dan berada di dalam toples atau tabung tertutup dan tembus pandang sehingga para pengunjung dapat melihat aneka jenis tumbuhan jamu. Selain jenis tumbuhan jamu yang telah diawetkan dengan cara kering ada juga yang direndam dalam cairan tertentu di dalam toples tembus pandang.
Pada Museum Etnobotani ini juga ditampilkan kerajinan tangan tradisional seperti topi, keranjang, tikar serta perlengkapan sehari-hari lainnya yang dibuat dari bagian-bagian pohon palem. Terdapat pula ruangan yang berisi kain tenun tradisional yang menjadi seni kerajinan yang hingga kini masih ada dan populer di berbagai tempat di tanah air.
Secara garis besar museum ini dipisahkan dalam dua jenis, yang pertama menggambarkan jenis tumbuh-tumbuhan serta berbagai barang yang bisa dihasilkan dari tumbuhan tersebut. Kemudian bagian lain memperlihatkan bagimana suku-suku di tanah air ini memanfaatkan tumbuhan. Sebagai contoh, di dalam museum ini terdapat diorama yang memperlihtakan bentuk rumah suku Batak di masa lalu dimana atap rumah terbuat dari rumbia. Dibeberapa lokasi juga dapat ditemukan diorama yang bertemakan permainan anak-anak, labu minum ataupun pakaian. Tak hanya melihat barang-barang saja, para pengunjung juga dapat menemukan informasi yang telah tertulis di dekat kaca tentang nama benda atau keterangan lainnya.
Selain itu juga terdapat alat-alat pada zaman dahulu yang mungkin sampai sekarang masih dipergunakan oleh beberapa suku di Indonesia. Seperti alat yang digunakan untuk membajak sawah secara tradisional yang kini masih sering kita temui.
Baca Juga : Museum Kepresidenan, Memasuki Lorong Waktu dan Belajar Sejarah Tokoh Kepresidenan Indonesia
Lokasi Museum Etnobotani
Museum ini berada di Jl. Juanda No 22-24, Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini juga dekat dengan Istana serta Kebun Raya Bogor sehingga bagi pengunjung juga dapat sekaligus mengunjungi lokasi tersebut hanya dengan berjalan kaki.
Harga Tiket Masuk dan Jam Operasional Museum Etnobotani
Harga tiket masuk yang ditawarkan dilokasi wisata edukasi ini terbilang cukup murah, pengunjung ahanya akan membayar tiket masuk sekitar Rp 5.000/orang. Untuk jam operasional sendiri, dibuka mulai dari hari Seni-Kamis pada pukul 08.00-16.00 WIB. Khusus untuk hari Jumat mulai dibuka pada pukul 08.00-11.00 WIB dan 13.00-16.00 WIB. Untuk hari Sabtu dan Minggu lokasi ini tutup.